Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

|Jembatan Siti Nurbaya

Hari itu puasa yang amat panjang di Padang. Di sana waktu terasa begitu lambat dan hawa sangat panas.Adikku Reza yang juga ikut berlibur ke padang bersamaku dan mama merengek-rengek lapar, padahal tinggal sejam lagi menuju waktu buka. Mama mengusulkan untuk pergi jalan-jalan sehabis sholat isya, akhirnya Reza berhenti menangis.

Aku, mama, Reza, dan uwah (sebutan nenek di Padang) diantar om Kiki ke jembatan Siti Nurbaya. Jembatan itu ditempeli lampu-lampu taman di sisinya.Kami memesan pisang dan jagung bakar yang dijual oleh pedagang yang berjejeran di sisi jembatan. Sambil makan kami menikmati pesona sungai Batang Arau yang memantulkan cahaya lampu-lampu taman jembatan ditemani semilir angin malam yang terasa sejuk. Ada beberapa perahu yang parkir di sana. Kemudian aku memperhatikan kalau dekat jembatan itu ada bukit yang berkerlap-kerlip. Ya, bukit yang benama Sentiong ini dibangun ratusan rumah yang lampu-lampunya dinyalakan pada malam hari.

"Reza sudah senang? Nanti janji jangan rewel lagi ya?" kata mama. Reza hanya mengangguk-angguk dengan mulut penuh makanan.
   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar