Tempat tidurnya para booklovers... Wuhuuu! I want it!
sumber: http://pulsk.com/172199/Tempat-tidurnya-para-booklovers-alias-kutu-buku.html
For Booklovers
Cara Mengupil yang Baik
Ngupil adalah salah satu kegiatan biologis yang paling nikmat untuk
dilakukan. Terkadang kalo kamu lagi bosan atau lagi nganggur, tanpa
sadar kamu melakukan kegiatan ngupil ini. Tapi sesungguhnya, pernahkah
kamu bertanya kepada diri kamu sendiri: Apakah kamu sudah ngupil dengan
baik dan benar? Kalau belum silahkan baca tutorial berikut.
(sumber: http://pulsk.com/75093/Hahah--Cara-Ngupil-Yang-Baik.html)
Test keperibadian : "Seperti Apa Kamu?"
- Gambar Nomor 1. Introspektif, Sensitif, Reflective
- Gambar Nomor 2. Mandiri, Tidak biasa (tidak konvensional), Tak tertekang
- Gambar Nomor 3. Dinamis, Aktif Mementingkan hal-hal lahir
- Gambar Nomor 4. Bersahaja, Sangat teguh pendirian, harmonis
- Gambar Nomor 5. Professional, Pragmatis, Percaya diri
- Gambar Nomor 6. Tenang/Damai, Bijaksana, Tidak Agresif
- Gambar Nomor 7. Riang, Suka bermain/melucu, menyenangkan
- Gambar Nomor 8. Romantis, Pemimpi, Emosional
- Gambar Nomor 9. Analitis, Terpercaya, Percaya diri
So Sad...

Pengalaman Paling Mengerikaaaan(2)!
Oke deh, aku lanjutin kisahku ya. Sebenarnya sih ceritanya udah selesai, jadi aku mau kasih tau kenapa aku bisa sensitif dengan gerak-gerik si pencopet itu dan mataku bisa setajam elang, hehe...
Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih ke teman-temanku kelas 6 yang bentar lagi kita berpisah, hiks...hu...hu... *cup, cup Kir, jangan berlagak jadi adek bayi* Kita sudah melewati masa-masa suka dan duka selama enam tahun di sekolah ini. Aku tak akan melupakan kalian, I promise... *inget lomba baca puisi di sekolah (dan gak menang).
Aku masih ingat waktu sejak kelas empat sampai sekarang aku dan teman-temanku suka jahil-jahilan. Saat Pak Asep atau Pak Deta lagi ceramah sebelum sholat, kami suka mengikat mukena teman-teman satu sama lain (jangan ditiru, okay...?). Caranya agar gak ketahuan, ya, harus pelan-pelan. Lama-lama aku jadi sebel juga sama mereka (walaupun aku juga suka mengikat mukena yang lain, hehe). Jadi aku membuat prioritas yang menggelikan: kalau ngerasa ada yang gerak-gerak di mukena harus cepat-cepat bersiaga.
Nah, kebiasaan bersiaga dengan gerak-gerak sepelan apapun membuat aku jadi sensitif sama pergerakan itu. Dan jadinya aku terhindar deh, sama pencopetan di angkot itu. Huft... menegangkan!
Buat mata tajam dan sinis itu, aku mau terimakasih ke seorang anak laki-laki. Dia itu waktu kelas 5 genit luar biasa. Kalau ada anak perempuan yang melihatnya (sengaja atau tidak) dia akan mengedip-ngedipkan matanya. Aku sampai heran kenapa dia gak pegel juga ngedip-ngedip selama itu. Nah, biar dia gak ngedip-ngedip lagi, aku menatapnya setajam elang, lama sekali, hingga dia menghentikan pekerjaannya (entah dia takut atau tidak, hehe).
Nah, sekian saja ya. Kalau menurut kalian menarik, komentar di bawah ya. See you bye bye...
Pengalaman Paling Mengerikaaaan(1)!
Omegaaat....! Tanganku merinding nulis postingan kali ini *lebay->abaikan/lupakan*. Kalian tahu pengalaman apa yang aku rasakan kemarin....???*setel lagu horor.... hi...hi...hi...(suara kuntilanak versi radio ardan). Aku mengalami hal mengerikan yang aku yakin kalian semua bakal pingsan sampe 100 hari... hehe..gak ding! Nah ini dia pengalaman mengerikan itu... C*E*K*I*D*O*T...
Sabtu, 1 Juni 2013
Hari sabtu itu seperti biasa aku les biola. Tiga bulan sebelumnya aku cuti les dulu karena jadwal yang padaaat sekali (emangnya artis apa?). Latihan intensive dari sekolah menjelang UN, nulis buku pesanan penerbit... ahh... banyak deh pokoknya. Nah hari itu aku diantar mama pakai kereta api ke Bandung. Aku cuma bawa satu tas khusus biola sama tas mirip kantong kresek berisi buku biola, jaket dan I-Pad. Tas kresek itu tak beresleting, jadi mulutnya terbuka. Sampe di stasiun, aku naik becak ke tempat les (kek orang kampung ya... tapi transportasi dari stasiun ke tempat lesa emang cuma ada becak. Lagian gak kampungan juga kok. Buktinya bayar becak sama angkot lebih mahal becak). Ah... sampe juga di tempat les yang sudah aku tinggalkan bertahun-tahun... *hah?* Di kelas diceramahinlah aku sama pak guru...
"Suara biola kamu tipis, coba bow lebih ditekan lagi,"
"Letak bow di senar salah. Harus pas di tengah atau paling tidak gak menjauh ke jembatan senar,"
"Lagu yang ini suaranya harus besar, makanya mainnya di bow bagian bawah, jangan ke atas terus,"
Dan bla...bla..bla... Duh, maaf ya, pak. Gak minta izin dulu ngomongin bapak di sini.
Setengah jam berlalu. Huft, selesai juga. Tangan pegel-pegel gara-gara udah lama gak megang biola. Ketika kami mau nyebrang jalan, menuju stasiun, mama berkata dengan ceria dan bersemangat, "Kita belanja di Pasar Baru yuk, kak!"
Lututku langsung lemes... Aku gak suka diajak belanja! Apalagi cuma beli baju dan tas ibu-ibu yang geje mode (itu menurutku, terserah menurut mama yang emang berselera ibu-ibu).
"Jangan cemberut dong kak. Gimana kalau kita sekalian beli jaket sama tas buat kakak?"
Secercah senyum langsung keluar dari bibirku. Giliran dibeliin barang buat diri sendiri baru seneng *halah...mental traktir*
"Oke deh, ma. Yuk kita kemon!" aku berseru bersemangat
Akhirnya kami naik angkot menuju Pasar Baru. Di dalam udah banyak orang. Jadi aku duduk nyempil paling belakang. Karena tak ada tempat lagi, mama duduk di kursi kecil paling depan. Jadi kami duduk terpisah. Aku baru sadar, tepat di depanku, duduk seorang pria muda berbaju hitam, topi hitam, dan ransel hitam. Ranselnya kempes sekali, kelihatan banget kalau gak ada isinya sama sekali. Karena berat, aku menaruh tas yang kayak kresek itu di lantai angkot. Angkot berjalan pelan-pelan karena jalan macet sekali. Udara pun terasa makin panas. Ini dia pengalaman mengerikan itu terjadi.... (Kalian yang membaca ini pasti langsung deg-degan. Yang deg-degan komen di bawah ya!)
Aku merasa tas kresekku bergerak, tapi pelaaan sekali. Orang yang gak sensitif kayak aku mungkin tak akan merasakan hal itu. Sontak mataku tertuju ke tasku itu. Dua jari pria muda di depanku masuk ke mulut tas. Aku langsung menarik tasku dan memeluknya di dada. Si pria yang terkejut langsung menarik tangannya dan berpura-pura menguap. Aku mengecek tasku apakah I-Padnya masih dalam. Oh... Alhamdulillah... masih ada... Tubuhku langsung gemetar. Baru kali ini aku merasakan kejadian seperti sekarang. Lalu aku menatap pria itu dengan pandangan sinis. Ingin sekali aku berteriak padanya, "Sejak kapan jadi pencopet?" atau berteriak ke seluruh penumpang, "Awas, dia pencopet!". Tapi sayang, mulutku yang gemetaran ini tak bisa membuka.
Setelah itu pria tersebut melakukan sesuatu yang janggal. Tangan kanannya ia tutupi dengan ransel sedangkan tangannya satu lagi pura-pura menggaruk-garuk kepala. Kuperhatikan tangan kanan yang ditutupinya itu. Jarinya terjulur ke gelang emas yang dipakai perempuan di sebelahnya. Tubuhku semakin gemetar. Aku benar-benar merasakan jantungku berdetak sangat kencang. Aku menatap pria itu tajam, tajam sekali hingga pria itu menarik kembali tangannya. Aku terus memperhatikannya seperti burung elang yang mau menangkap mangsa. Pri itu balik menatapku.
"Kenapa lihat-lihat, pak?" akhirnya aku berani berbicara. Pria itu menggeleng lalu pindah duduk di sebelahku. Aku menggeser pantatku menjauhinya dan semakin erat memeluk tasku.
"Huuuh... panas ya, teh? Teteh mau ke mana?" tanyanya dengan ramah. Aku tahu dia hanya berpura-pura agar aku tidak lagi mencurigainya.
"Enggak tahu," jawabku singkat tapi dengan kesan judes.
"Emangnya mau turun di mana?" ia masih bertanya. Dalam hati aku membatin ih... nanya-nanya mulu. Kalau aku tahu nomor polisi, udah aku bilangin kamu....
"Gak tau!"
"Kak, ayo turun," panggil mama tiba-tiba. Saat kakiku menyentuh tanah, aku merasa tak sanggup berdiri. Tapi akhirnya aku bisa menguasai diri. Mama memandangku aneh dan bertanya dengan dahi mengerut, "Kenapa kak?"
"Bentar, kita ke pinggir dulu. Nanti aku jelasin," aku berkata terbata-bata.
Di dekat sebuah toko jeans, aku menjelaskan segalanya. Mama lalu menepuk-nepuk pundakku dan menenangkanku.
"Nah, kakak jadi dapat pelajaran kan? Kalau bawa benda-benda berharga jangan di taro di tas yang gak ada tutupnya," nasehat mama. Aku hanya mengangguk-angguk.
Hh... capek aku nulisnya. Selanjutnya di bagian kedua ya! See you... muaaach....!